Sejumlah civitas Universitas Airlangga yang terdiri dari Airlangga Global Engagement dan Duta Fakultas Sains dan Teknologi mendampingi 12 mahasiswa asal Liverpool John Moores University (LJMU) untuk mengunjungi Desa Wisata Adat Osing Kemiren (06/07). Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan “Sustainable Development City Summer School”, desa ini mendukung para peserta untuk mempelajari lebih dalam mengenai penerapan poin-poin SDGs karena telah terhimpun dalam program Smart Village oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.
Pada awal kunjungan, para tamu disambut oleh warga dengan pengenalan singkat mengenai desa, budaya, dan ciri khasnya. Salah satu daya tarik desa tersebut adalah Kopi Osing. Para mahasiswa diberikan penjelasan mendetail mengenai cara pembuatan kopi dan hasil olahan produknya. Para warga juga menyediakan seduhan kopi, jajanan manis, serta minuman dawet. “Kopi ini benar-benar diolah dengan baik, mereka (penduduk setempat) hebat sekali! Kopi Osing rasanya sungguh otentik, saya suka sekali,” sebut Rowan. “Untuk bisa melihat dan mencoba langsung pembuatan kopinya, merupakan pengalaman yang sangat menarik,” ucap Millie, Mahasiswa LJMU. Pemanfaatan biji kopi di desa ini telah menjadi salah satu sumber penghasil ekonomi terbesar bagi para warga. Hal ini merupakan contoh penerapan yang sukses dari poin SDGs ke-8, yaitu “Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi”.
Setelah mempelajari pembuatan Kopi Osing, mahasiswa diajak berkeliling desa. Mereka dikenalkan mengenai sejarah desa, warisan budaya, keindahan flora, serta adat istiadat mereka yang masih dilestarikan secara kuat, tetapi tidak terlepas dari penerapan SGDs dalam kehidupan sehari-hari. “Sungguh menakjubkan betapa Indonesia sangat kaya dengan sumber daya alamnya, dan hal tersebut benar-benar dimanfaatkan oleh warga untuk kemakmuran hidup mereka,” ucap Freya. Hal ini selaras dengan poin SDGs yang ke-3, yaitu “Kehidupan Sehat dan Sejahtera”. Adapun kearifan lokal yang menarik perhatian mahasiswa Liverpool ini adalah alat musik tradisional khas Osing, yaitu Angklung Paglak dan Othek. Oleh penduduk lokal, mereka diajarkan cara memainkannya.
Selain alat musik, Desa Osing juga ikonik akan corak batiknya. Para mahasiswa berkesempatan untuk mewarnai kain batik yang sudah dicetak motifnya. Proses pewarnaan batik ini diikuti secara antusias oleh semua peserta. Kemudian, kegiatan kesenian dilanjutkan dengan penganyaman daun menjadi sebuah wadah serta penampilan Tari Gandrung yang merupakan ikon dari Banyuwangi. Para mahasiswa dan pendamping menyaksikan para penari, penyanyi, dan pemain alat musik serta diajak untuk menari bersama. Penampilan ini menjadi simbol identitas warga setempat, sekaligus sebagai penutup rangkaian kegiatan mereka di Desa Osing.