“Dalam komunikasi kimia, yang perlu diperhatikan dan direnungi adalah, apa pesan senyawa kimia tersebut bagi kehidupan manusia,”
UNAIR NEWS – Dr. Mulyadi Tanjung, drs, MS, merupakan salah satu dosen kimia Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga. Lahir di Padangsidempuan, 22 April 1965. Mulyadi mulai mendalami ilmu kimia ketika masuk perguruan tinggi. Pada jenjang S1, ia belajar di Universitas Andalas. Kemudian jenjang berikutnya, yakni Master dan Doktor, ia tuntaskan di Institut Teknologi Bandung.
Selama mengabdi sebagai dosen, Mulyadi mengajar sejumlah mata kuliah di Departemen Kimia UNAIR. Di antaranya, Kimia Bahan Alam, Praktikum Kimia Organik I, Kimia Organik II, Penentuan Struktur Molekul Organik, Kimia Organik I, Praktikum Kimia Dasar, Praktikum Kimia Organik II, Kimia Organik Fisik dan masih banyak lagi Lelaki yang pernah tergabung dalam American Marketing Association tersebut memiliki beberapa karya yang ia jadikan buku. Pastinya, tulisan itu masih berkaitan dengan kepakarannya dalam ilmu kimia. Antara lain, Penentuan Struktur Molekul Organik Cetak (2004), Kimia Organik Fisik Cetak (2004), Metode Fitokimia Cetak (2005) dan Metode Fitokimia Cetak (2007).
Mulyadi percaya sebuah filosofi yang menyebutkan bahwa alam terbentang harus dijadikan guru. Hal tersebut senada dengan apa yang dia kerjakan dalam berbagai penelitian laboratorium. Baginya, bersahabat dengan alam merupakan hal penting. Dan, tidak jarang obat-obatan yang berguna bagi manusia bersumber dari sana.
Pada tiap sudut alam, terdapat senyawa kimia yang dihasilkan. Senyawa kimia tersebut tentu saja memiliki manfaat baik bagi manusia maupun bagi alam. Dalam hal pertanian, misalnya, pada pestisida terdapat senyawa kimia yang dimaksudkan untuk menghasilkan tanaman yang sehat. Di aspek kesehatan sehubungan dengan obat-obatan, senyawa kimia juga ada dan bersumbangsih. Senyawa kimia pun dapat digunakan untuk mempertahankan diri dan survive dari kepunahan. Di Indonesia, terbentang hutan yang luas. Hutan merupakan “pabrik kimia” yang sedang bekerja. Bahan kimia alam yang terkandung dalam sekujur bumi, patut untuk dikaji dengan seriu optimalisasinya berhasil maksimal.
Mulyadi berharap, ke depan, kiblat ilmu kimia dunia akan merujuk pada Indonesia dengan melihat banyaknya “pabrik kimia” yang tersedia dari Sabang sampai Merauke. Untuk itu, semua pihak terkait, mesti memberi atensi dan berkomitmen mengembalikan manfaat yang didapat, dengan cara mengambil peran positif pada pelestarian lingkungan dan peradaban. (*)
Source: UNAIR News