Batu, 11 Agustus 2024 – Sebagai partisipan dalam program internasional yang berfokus kepada kepedulian pada alam, yakni AEGIS (Airlangga’s Extraordinary Green Industry Summer Summit Towards Environmental Sustainability), 12 orang mahasiswa mancanegara turut serta dalam sebuah workshop dan kelas mengenai bunga anggrek di DD Orchid Nursery, kecamatan Junrejo, kota Batu. Bekerja sama dengan sejumlah dosen Departemen Biologi dari Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga serta komunitas petani anggrek sekitar, para partisipan memeroleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai anggrek sebagai salah satu bunga endemik Indonesia yang patut dijaga kelestariannya.
Pada awal kegiatan yang dimulai pada pukul 09.00, partisipan mendapatkan pemaparan pengetahuan dasar tentang bunga anggrek oleh Prof. Dr. Edy Setiti Wida Utami, M.S., salah satu dosen Biologi yang memiliki bidang kepakaran biodiversitas dan budidaya tumbuhan tropis. Dalam penyampaiannya, beliau menjelaskan bahwa anggrek merupakan bunga yang sangat unik karena habitatnya yang hanya berada pada daerah ekuatorial seperti Indonesia. Beliau juga menyampaikan bahwa anggrek tidak saja memiliki penampilan yang menarik sebagai tanaman hias saja, namun juga sebagai bunga penuh manfaat bagi masyarakat luas. Melalui penjelasan beliau, partisipan AEGIS mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai keberagaman hayati Indonesia.
Foto: Fadjar Restuadji
Tidak berhenti di situ, partisipan kemudian diajak langsung oleh pemilik DD Orchid Nursery, Bapak Dedek Setia Santoso, untuk berkeliling kebun anggrek miliknya. Ditemani oleh Bapak Anjar Tri Wibowo, S.Si., M.Sc., Ph.D., salah satu dosen biologi, beliau menjelaskan tentang berbagai jenis anggrek yang berhasil dibudidayakan dan dikembangkan di tempat milik beliau. Pak Dedek, sapaan akrab beliau, menyebutkan bahwa sudah banyak jenis anggrek baru yang dilahirkan di tempat miliknya sebagai hasil dari persilangan berbagai jenis anggrek yang telah dilakukannya selama memiliki tempat tersebut.
Untuk melengkapi wawasan yang telah diperoleh partisipan AEGIS, Pak Dedek kemudian mengajak mereka untuk mempraktikkan penyilangan anggrek secara langsung. Partisipan yang datang dari negara yang tidak ditumbuhi anggrek pun menunjukkan raut wajah yang antusias dan bahagia ketika mendapatkan kesempatan secara langsung untuk menyilangkan anggrek yang ada. Setelah melakukan penyilangan, mereka juga mendapat kesempatan untuk menamai bunga yang telah mereka silangkan dengan nama mereka.
Pada penghujung acara, salah satu partisipan yang berasal dari Zimbabwe, Malony Zorodzai, mengutarakan kesan dan pesannya selama mengikuti kegiatan ini. Sebagai seseorang yang datang dari negara yang jauh dari Indonesia dan tidak ditumbuhi oleh anggrek, Malony meyakini bahwa pengetahuan mengenai anggrek dan pengalaman menyilangkan bunga secara langsung yang Ia dapat merupakan suatu hal yang dapat membekalinya dalam mengenal dan mencintai alam lebih lagi.
Melalui kegiatan yang penuh manfaat ini, partisipan AEGIS yang berasal dari berbagai belahan dunia mampu memeroleh ilmu berharga yang dapat menunjang keikutsertaan mereka dalam acara ini untuk menjaga kelestarian dan kekayaan yang ada di planet ini. Dengan berlandaskan poin SDGs ke 15, Ekosistem Daratan, partisipan mendapatkan bekal dan semangat baru untuk menemukan ide-ide terkini dalam menjaga kekayaan yang dimiliki oleh negara mereka masing-masing sebagai bentuk kepedulian dan tanggungjawab mereka.