Social Philanthropic Action (SOPHIA) merupakan kegiatan pengabdian masyarakat yang diselenggarakan oleh Departemen Eksternal Himpunan Mahasiswa Teknik Biomedis. Pada tahun 2024, SOPHIA diadakan dengan konsep bina desa yang dilaksanakan di Kampung Keputih Tegal Baru RT 007 atau yang biasa disebut “KEMVIL”, yakni sebutan khusus untuk kampung yang dibuat oleh SOPHIA. Tidak hanya itu, sebelum kegiatan dengan konsep bina desa dimulai, SOPHIA memulai aksinya dalam program Sahur on The Road (SOTR) dan Bagi-Bagi Takjil (BBT) yang dilaksanakan pada bulan Ramadan di sekitar Surabaya pada tanggal 30 Maret 2024 dan 1 April 2024. Pelaksanaan SOPHIA dengan konsep bina desa dimulai pada tanggal 5 Mei 2024 dan masih berjalan hingga saat ini pada setiap akhir pekan. Kegiatan bina desa tersebut akan berlangsung hingga tanggal 28 September 2024.
Dalam bidang pengabdian masyarakat terdapat dua fokus utama yang menjadi atensi dari SOPHIA, yaitu program pendidikan serta program kesehatan dan lingkungan. Dalam program pendidikan, SOPHIA memiliki tujuan untuk memfasilitasi dalam hal akademik dan sosial bagi masyarakat di kampung binaan. Bentuk dari program ini adalah kegiatan fun learning dengan materi yang berkaitan dengan alam, hitung-menghitung, digital, dan kesehatan. Selain itu, wujud pelaksanaan dari program kesling adalah kegiatan medical check-up, menghias kampung, pengolahan minyak jelantah, dan pelatihan memasak makanan bergizi. Kegiatan SOPHIA merupakan bagian dari UNIT LAYANAN TERPADU Universitas Airlangga dalam mewujudkan SDGs, khususnya berkenaan dengan poin 3 (Kesehatan dan kesejahteraan), poin 4 (Pendidikan berkualitas), poin 10 (Pengurangan ketimpangan), dan poin 12 (Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab).
Dalam memilih target pengabdian masyarakat, SOPHIA berfokus pada lingkungan marjinal yang belum pernah didatangi oleh mahasiswa, komunitas, atau organisasi sebelumnya untuk melakukan kegiatan pengabdian masyarakat. Lingkungan marjinal yang dimaksud adalah sebuah kelompok sosial yang terpinggirkan oleh suatu tatanan masyarakat baik dalam ekonomi, pendidikan, maupun budaya. Kampung yang dibina oleh SOPHIA ini biasa disebut sebagai kampung pemulung dan letaknya berdekatan dengan tempat pembuangan limbah tinja. Oleh karena itu, SOPHIA memilih 3 fokus kegiatan, yaitu lingkungan, kesehatan, dan pendidikan. Hal ini berkaitan dengan poin SDGs nomor 3 (Kesehatan dan kesejahteraan), poin 4 (Pendidikan berkualitas), poin 10 (Pengurangan ketimpangan), dan poin 12 (Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab). SOPHIA berupaya untuk bisa menambah pengetahuan dan wawasan anak-anak pada kampung tersebut, membantu memfasilitasi masyarakat setempat untuk lebih menjaga kesehatan, serta melakukan sosialisasi dan pelatihan untuk menjaga kebersihan lingkungan setempat. Dimulai dari langkah kecil tersebut, SOPHIA berharap bisa membawa dampak yang baik di masa depan.
Teknik Biomedis merupakan program studi yang menyatukan pembelajaran medis kedokteran dengan teknologi ilmu multidisiplin sehingga SOPHIA mengimplementasikan ilmu tersebut dengan melaksanakan program kerja yang bergerak pada 3 bidang, yaitu pendidikan, kesehatan, dan juga lingkungan. Pada segi kesehatan, SOPHIA berusaha bersama-sama untuk menjaga kesehatan masyarakat di kampung binaan ‘KEMVIL’ dengan langkah preventif, yaitu pelaksanaan cek kesehatan gratis yang menjalin kemitraan dengan AHPC (Airlangga Help and Promotion Center) serta Tenaga Medis dari Puskesmas Keputih Surabaya. Selanjutnya, SOPHIA juga telah melaksanakan kegiatan cek gigi warga ‘KEMVIL’ bersama dengan tenaga medis dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga dan bantuan dental-kit yang diberikan oleh Komunitas Amira Bilqis. Untuk mencapai dharma perguruan tinggi, SOPHIA hadir menjadi perpanjangan tangan dalam melaksanakan kegiatan pada bidang pendidikan. SOPHIA memberikan pembelajaran pada adik-adik ‘KEMVIL’ yang berusia 7-12 tahun menggunakan metode fun-learning. SOPHIA mengimplementasikan unsur biomedis dalam pembelajaran dengan memilih satu tema mengenai kesehatan di mana para mahasiswa memberikan edukasi dan mengenalkan alat-alat kesehatan, seperti stetoskop, tensimeter, dan lain lain kepada anak-anak di perkampungan. Dengan adanya kegiatan tersebut, diharapkan agar adik-adik dapat mengenal alat kesehatan yang merupakan implementasi studi dari teknik biomedis dan belajar cara menjaga tubuh mereka.
Ada beberapa pihak eksternal yang berkolaborasi selama jalanya SOPHIA dari bulan Mei hingga September. Bentuk kerja sama yang dilakukan berupa jasa dan materi. Kolaborasi jasa seperti kegiatan Medical Check Up General dan gigi bersama Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Keputih Kota Surabaya, AHPC (Airlangga Help and Promotion Center), SOBY (Sobat Happy & Healthy), dan mahasiswa-mahasiswi tenaga koas FKG UNAIR. Beberapa pihak yang turut serta berkolaborasi secara materi antara lain Amira Bilqis, Turnedin.id, dan Trenzfurniture.
Pada HMTB sendiri, keberhasilan program SOPHIA diukur melalui penilaian kuantitatif dan kualitatif. Penilaian kuantitatif meliputi banyaknya pertemuan di dalam satu kepengurusan sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan, sedangkan penilaian kualitatif meliputi terlibatnya Mahasiswa Teknik Biomedis Universitas Airlangga dalam aksi sosial melalui pengalaman mengajar dan kegiatan sosial. Hal ini berkaitan dengan tujuan SDGs desa poin 4 (Pendidikan Desa Berkualitas), poin 10 (Desa Tanpa Kesenjangan), dan poin 12 (Konsumsi dan Produksi Desa yang Sadar Lingkungan). Ketiga poin SDGs tersebut didukung oleh SOPHIA melalui program belajar mengajar dan program kesehatan lingkungan.
SOPHIA tahun 2024 merupakan permulaan adanya kampung binaan. Maka dari itu, ada banyak sekali tantangan yang harus dihadapi oleh tim SOPHIA 2024, salah satu alasannya karena tidak ada acuan atau contoh dari tahun-tahun sebelumnya. Tantangan yang dihadapi dalam melakukan kegiatan SOPHIA adalah bagaimana membuat program yang dapat menarik minat warga setempat dan menyelaraskan waktu panitia dengan waktu luang warga. Cara SOPHIA menghadapi tantangan tersebut untuk tetap sejalan dengan tujuan SDGs adalah kembali lagi kepada visi dari SOPHIA, yaitu menjadi agen perubahan yang menginspirasi dalam berkontribusi positif bagi masyarakat. Tidak hanya itu, SOPHIA juga mendukung pengembangan skill bagi para panitia atau tim yang berkontribusi untuk menyukseskan SOPHIA, salah satu yang menjadi keutamaannya adalah kemampuan komunikasi secara efektif. Maka dari itu, setiap kegiatan yang akan dilakukan selalu didiskusikan terlebih dahulu dengan meminta pendapat dari warga setempat. Karena bagaimanapun juga, sasaran utama dari kegiatan SOPHIA adalah warga di kampung binaan tersebut.
HMTB berharap agar kegiatan SOPHIA ini dapat terus ada dan semakin berkembang dengan memberikan edukasi serta bantuan-bantuan lain seperti pelayanan kesehatan serta kebersihan lingkungan terhadap kelompok masyarakat marginal lain. Dalam mendukung SDGs poin 3, 4, 10, dan 12, himpunan mengupayakan program SOPHIA akan terus berlangsung hingga dikenal khalayak umum agar dapat membuka mata semua orang juga bahwasanya di kota besar seperti Surabaya pun masih banyak sekali ketimpangan yang terjadi, kurangnya pengetahuan serta kepekaan masyarakat tentang lingkungan tempat tinggalnya, serta ketidaktahuan masyarakat bahwa pendidikan sangatlah penting sehingga banyak di antara mereka yang putus sekolah. Diharapkan dengan adanya SOPHIA, mahasiswa dapat mengimplementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi dan membantu pencapaian poin-poin SDGs yang telah disebutkan.