Universitas
Airlangga

Fakultas
Sains dan Teknologi

Universitas
Airlangga

Fakultas
Sains dan Teknologi

FST NEWS

Kenalkan Budaya Surabaya, Mahasiswa Liverpool John Moores (LJMU) Jelajahi Desa Lawas Maspati

Menjadikan kota dan permukiman manusia inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan merupakan cita-cita SDGs (Sustainable Development Goals) ke-11. Usaha pencapaiannya diatur dalam poin-poin yang lebih detail. Salah satu poin tersebut menyerukan untuk memperkuat upaya melindungi dan menjaga warisan budaya dan alam dunia. Di balik wajah Surabaya yang ramai pencakar langit, jalanan murung, dan tembok-tembok metropolitan-nya, Surabaya masih punya tempat-tempat yang kaya akan nilai-nilai tanah Indonesia. Duta FST bersama AGE (Airlangga Global Engagement) berupaya mengenalkan wajah lain Surabaya pada mahasiswa Liverpool John Moores (LJMU) lewat kunjungan ke desa dan komunitas di Lawas Maspati, Bubutan (19/06).

Kegiatan kunjungan ke desa Lawas Maspati bukan tanpa alasan. Lawas Maspati dikenal sebagai desa yang menjunjung nilai-nilai kebudayaan Surabaya. Langkah kaki mahasiswa LJMU ke desa Lawas Maspati disambut baik oleh warga setempat. Sebelum kegiatan jelajah dan pengenalan komunitas dilakukan, pihak Lawas Maspati meminjamkan sarung dan blankon, simbolisme budaya Jawa Timur, pada para peserta. Atmosfer keakraban dan kebersamaan terpancar tidak hanya dari sikap warga, namun juga dari fasilitas bermain yang dibangun untuk digunakan bersama-sama. Contohnya, pendopo dan papan catur yang selalu bisa diakses warga. Nilai-nilai kepedulian tumbuh seiringan dengan waktu yang dihabiskan bersama antar warga. 

Kepedulian terhadap desa, budaya, dan komunitas mereka juga menjadi nilai yang ditunjukkan pada peserta. Warga mengajak peserta melakukan jelajah desa Lawas Maspati, menunjukkan bangunan-bangunan tua. “Bangunan-bangunan ini merupakan peninggalan kerajaan Mataram,” ucap pendamping peserta. Selain bangunan, peserta juga dikenalkan pada kebiasaan warga dalam bertetangga, berbudidaya tanaman seperti aloe vera dan cincau, serta bermasyarakat. Mahasiswa LJMU diajak melakukan praktik pembuatan cincau dan telur gulung. Tidak sampai di sana, kebersamaan peserta dan warga berlanjut sampai pengenalan dan praktek Senam Pijat. Kegiatan kemudian ditutup dengan foto bersama warga.

Pendekatan budaya ini diharapkan dapat menjadi jembatan awal untuk mengenalkan kekayaan budaya di Indonesia yang selaras dengan pencapaian tujuan SDGs ke-11, yaitu menjadikan kota dan permukiman manusia inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan. Melalui kegiatan seperti kunjungan ke desa Lawas Maspati atau komunitas-komunitas masyarakat Surabaya, nilai-nilai budaya dan kepedulian terhadap komunitas dapat terus dilestarikan dan diwariskan, sehingga warisan budaya tetap terjaga dan dihargai.