
Pada hari Kamis dan Jumat, 25–26 September 2025, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (FST UNAIR) melalui program OIP: NEWTON 2025 yang diinisiasi oleh Duta FST 2025 kembali menghadirkan wadah pertukaran budaya dan inovasi berkelanjutan. Program ini mempertemukan mahasiswa Universitas Airlangga dengan mahasiswa Ngee Ann Polytechnic Singapore dalam dua kegiatan utama, yakni workshop batik ecoprint yang diselenggarakan di FST pada Kamis (25/9), serta eksplorasi batik okra di Kampung Batik Okra, Surabaya pada Jumat (26/9).
Kegiatan ini menjadi bukti nyata komitmen universitas dalam mendukung penerapan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada poin 4 (Quality Education), poin 9 (Industry, Innovation, and Infrastructure), poin 11 (Sustainable Cities and Communities), serta poin 12 (Responsible Consumption and Production).

Suasana hangat dan penuh antusiasme terasa sejak hari pertama di FST saat para peserta mengikuti workshop ecoprint. Dibimbing langsung oleh pengrajin ahli, peserta diajak menyelami proses kreatif pembuatan karya ecoprint yang ramah lingkungan. Proses dimulai dengan memilih daun segar yang memiliki serat warna kuat, kemudian daun ditata di atas totebag dan dilapisi plastik agar warna tidak tembus ke sisi lain. Selanjutnya, daun dipukul menggunakan palu kayu tumpul dengan kekuatan yang pas hingga serat alami daun meninggalkan jejak warna artistik pada permukaan totebag.
Setiap peserta mendapatkan kesempatan untuk menciptakan pola ecoprint mereka sendiri. Suara ketukan palu berpadu dengan tawa dan keceriaan peserta menciptakan suasana yang hangat dan interaktif. Hasil karya yang dihasilkan tidak hanya indah, tetapi juga menjadi simbol penerapan prinsip keberlanjutan melalui seni.
Pada hari kedua, Jumat (26/9), kegiatan dilanjutkan di Kampung Batik Okra, Surabaya. Peserta disambut dengan ramah oleh warga setempat. Acara resmi dibuka oleh perwakilan Duta FST UNAIR 2025, Josua Davico, yang dalam sambutannya menekankan pentingnya menjaga kearifan lokal sambil mengadopsi inovasi global. “Melalui kolaborasi internasional seperti ini, kita tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga menciptakan inovasi yang relevan dengan semangat zaman,” ujarnya.

Sesi membatik berlangsung interaktif. Para peserta diberikan kain bermotif batik untuk melakukan tracing menggunakan canting, kemudian mewarnainya dengan cat yang telah disediakan. Diiringi lantunan gamelan Jawa, mereka mencoba memegang canting dan mengarahkan alirannya dengan sabar. Meski beberapa peserta sempat mengalami kesulitan, semangat belajar dan rasa ingin tahu tetap terpancar dari wajah mereka.
Hal menarik terjadi ketika sang pendiri Kampung Batik Okra memperhatikan hasil karya para peserta. Ia mampu menebak watak, suasana hati, bahkan kondisi emosional peserta hanya dari motif batik yang mereka buat. Hal ini menambah kekaguman peserta terhadap filosofi dan makna mendalam di balik seni batik.
Sebagai penutup dari rangkaian kegiatan, baik sesi ecoprint maupun batik okra diakhiri dengan sesi dokumentasi bersama seluruh peserta dan panitia. Setiap karya yang dihasilkan menjadi simbol kolaborasi lintas budaya dan semangat keberlanjutan yang ingin terus dijaga oleh seluruh pihak yang terlibat.
Penulis: NEWTON 2025 Committee
Sumber: Dokumentasi NEWTON/FST UNAIR