Penyakit kardiovaskuler antara lain penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke merupakan penyebab utama kematian baik di negara berkembang maupun negara maju, sekitar 20% merupakan penyebab kematian di dunia per tahun. Hiperkolesterolemia didefinisikan sebagai kadar kolesterol yang tinggi dalam darah, merupakan faktor risiko yang kuat terhadap berbagai penyakit kardiovaskular. Hiperkolesterolemia dan penyakit kardiovaskuler terkait merupakan salah satu tantangan terbesar baik ekonomi, sosial maupun medis di seluruh dunia yang kita hadapi sekarang. Hiperkolesterolemia menginduksi terjadinya stres oksidatif dengan menurunkan sistem pertahanan enzim antioksidan enzimatik dan mempercepat pembentukan radikal bebas oksigen seperti anion superoksida. Akibatnya mempercepat reaksi peroksidasi, yang memulai kerusakan sel dan aterosklerosis. Beberapa penelitian terdahulu membuktikan bahwa stres oksidatif terlibat dalam banyak penyakit termasuk aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular.
Setiap penurunan kadar kolesterol total 1% menghasilkan penurunan risiko mortalitas kardiovaskuler sebesar 1,5%. Ratio rendah antara High Density Lipoprotein (HDL) / Low Density Lipoprotein (LDL) merupakan indikasi profil lipid aterogenik dan risiko terjadinya penyakit jantung koroner. Penurunan kadar kolesterol LDL sebesar 1 mg/dl menurunkan risiko kejadian kardiovaskuler sebesar 1% dan peningkatan kadar kolesterol HDL menurunkan risiko kejadian kardiovaskuler sebesar 2-3%. Senyawa metabolik sekunder seperti senyawa fenolik yang terdapat pada tanaman herbal menjadi daya tarik luar biasa bagi para peneliti belakangan ini. Senyawa fenolik merupakan bagian diet integral dari suatu tanaman. Senyawa fenolik seperti flavonoid juga dilaporkan menekan jalur biosintesis lipid, dapat menekan oksidasi LDL dan inflamasi di dinding arteri. Flavonoid merupakan antioksidan potensial yang mempengaruhi awal perkembangan aterosklerosis melalui pencegahan oksidasi LDL, menghambat uptake LDL oleh makrofag, dan mencegah pembentukan sel busa.
Indonesia merupakan negara biodiversitas yang kaya akan tanaman yang memiliki potensi baik bagi kesehatan. Beberapa studi literatur dan uji pendahuluan yang telah dilakukan terhadap akar alang-alang (Imperata cylindrica) ini memiliki banyak aktivitas biologis antara lain mengandung senyawa fenolik seperti flavonoid, oligostilbenoid, antrakuinon menunjukkan aktivitas sebagai antioksidan secara invitro. Senyawa fenolik tersebut diatas dapat terekstraksi dalam pelarut semi polar seperti etil asetat. Alang-alang yang sangat melimpah di Indonesia namun hanya dianggap sebagai tumbuhan gulma yang tidak bermanfaat, diduga dapat menjadi produk bernilai tinggi dan bermanfaat dalam bidang kesehatan, yaitu sebagai alternatif obat hipokolesterolemia.
Penelitian oleh Khaerunnisa dkk mengisolasi senyawa bioaktif dalam alang-alang khususnya pada fraksi etil asetat menggunakan metode kromatografi dan penentuan struktur menggunakan spektroskopi 1H‑nuclear magnetic resonance (NMR) and 13C‑NMR. Sedangkan uji in vivo menggunakan true experimental dengan rancangan randomized posttest only control group design. Dua puluh delapan ekor hewan coba Rattus norvegicus strain Wistar dibagi menjadi 4 kelompok (masing-masing terdiri dari 7 ekor). Kelompok Ko sebagai kelompok standar yang diberi pakan standar, kelompok K1 sebagai kelompok kontrol yang diberi diet hiperkolesterol, kelompok K2 sebagai kelompok perlakuan yang diberi diet hiperkolesterol dan ekstrak etanol alang-alang 15mg/200g BB perhari, dan kelompok K3 sebagai kelompok perlakuan yang diberi diet hiperkolesterol dan fraksi etil asetat alang-alang 15mg/200g BB perhari.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Khaerunnisa dkk (2020) terhadap hewan coba (tikus putih) menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol dan fraksi etil asetat alang-alang dapat dapat menurunkan kadar kolesterol total dan LDL. Pemberian fraksi etil asetat alang-alang memiliki efek yang lebih baik dalam menurunkan kadar kolesterol total dan LDL pada hewan coba dibandingkan dengan ekstrak etanol alang-alang. Hal ini didukung oleh data lainnya, bahwa dalam fraksi etil asetat alang-alang mengandung total fenolik yang lebih besar dibanding pada ekstrak etanol alang-alang. Pada fraksi etil asetat alang-alang juga berhasil diisolasi senyawa flavonoid golongan flavonol yang memiliki nama 7,3’,5’-trimetoksiflavonol.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber acuan dalam mengenal, membudidayakan serta memanfaatkan alang-alang yang dianggap sebagai gulmamenjadi alternatif penurun kadar kolesterol yang dapat dibuktikan dan dijelaskan secara ilmiah. Penelitian ini dapat dipertimbangkan menuju pengembangan obat herbal terstandar untuk penelitian klinis lebih lanjut.
Penulis: Dr. Siti Khaerunnisa, M.Si
Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di :
“Isolation and identification of flavonoid compound and in vivo lipid-lowering properties of Imperata cylindrica” Biomedical Reports, vol. 13, 38, 2020. https://www.spandidos-publications.com/10.3892/br.2020.1345
Source: UNAIR News