Bina Desa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) menggelar Seminar Pengabdian secara daring pada (14/8/2020). Seminar tersebut bertajuk Millenial Beraksi Menabur Manfaat dan Memupuk Kasih di Tengah Badai Negeri. Bina Desa FST berhasil mendatangkan narasumber dari tiga komunitas di Surabaya untuk mengajak para milenial agar lebih peduli pada lingkungan sekitar.
Dr. Satrijo Wiweko MT selaku Direktur Umum Lembaga Swadaya Masyarakat Sahabat Lingkungan menjadi salah satu narasumber utama pada seminar tersebut. Menurutnya, masalah lingkungan berasal dari kurang pedulinya masyarakat.
“Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Sahabat Lingkungan memiliki 3M yaitu Mendidik, Membangun, dan Melestarikan,” ungkapnya.
Dengan prinsip 3M tadi, lanjutnya, Sahabat Lingkungan pernah membangun yang awalnya kampung kumuh disulap menjadi kampung percontohan. Dr. Koko juga menekankan kepada masyarakat untuk menanam pohon. Dengan Demikian, gas-gas penyebab pencemaran udara dengan proses fotosintesis akan dirubah menjadi oksigen.
Tidak hanya itu, Bina Desa FST turut mengundang ketua dari komunitas kedua yaitu SSSCS. SSCS (Save Street Child Surabaya) merupakan komunitas yang fokus dalam memberikan pendidikan bagi anak-anak jalanan di daerah Surabaya. Beberapa program yang dilakukan SSCS antara lain Jumat Sehat, Piknik Asik, Pelajar Keren, dan Beasiswa Anak Merdeka.
Advin Mariyono selaku Ketua SSCS mengungkapkan asal mula terbentuknya komunitas SSCS. Menurutnya, SSCS bermula dari sosial media, kemudian direalisasikan dalam bentuk nyata terjun ke lapangan.
Advin mengungkapkan bahwa pada tahun ajaran baru ini, SSCS akan fokus untuk membantu pendaftaran sekolah bagi anak-anak jalanan. SSCS juga akan membantu mereka untuk belajar menggunakan media online dalam proses belajar mengajar yang digunakan di sekolah.
“Kalau dulu terbiasa dengan belajar hanya lewat buku, kita perlahan alihkan dengan pembelajaran secara online,” jelasnya.
Komunitas terakhir adalah Sekolah Sampah Surabaya (SSS) yang merupakan komunitas penyedia sekolah untuk anak-anak yang biaya sekolahnya menggunakan sampah. SSS kemudian melakukan penanganan dan pengolahan sampah yang dihasilkan tersebut agar bisa lebih berguna.
Alexandra Judith Althea selaku Ketua SSS mengungkapkan bahwa SSS dibentuk pada akhir tahun 2019. Mahasiswa Teknik Lingkungan UNAIR tersebut menuturkan awal mula terbentuknya SSS berawal dari inisiatif dirinya sendiri. Sebelum itu, Sandra sapaan akrabnya aktif mengikuti kegiatan volunteer.
SSS aktif melakukan kegiatan sekolah di Kampung 1001 Malam, Kecamatan Krembangan, Surabaya. Saat pertama kali ke kampung tersebut, anak-anak di sana kurang sadar akan kepedulian lingungan. Untuk itu, SSS tidak hanya mengajarkan cara berhitung dan mengeja, namun juga mengajarkan pengetahuan dasar tentang kepedulian lingkungan.
“Tidak ada batasan umur untuk mengabdi, selagi kita bisa sekarang kenapa tidak, mumpung masih muda,” tutupnya.
Penulis: Sandi Prabowo
Editor: Khefti Al Mawalia