Obesitas atau kegemukan sudah menjadi fenomena dunia, prevalensinya meningkat setiap tahun. Pada 2016, WHO mensinyalir bahwa lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia menderita berat badan berlebih (overwight) dan 650 juta orang di antaranya terdiagnosis gemuk (obes). Obesitas berdampak negatif untuk kesehatan dan merupakan faktor risiko sindroma metabolik. Penyebab obesitas adalah kalori yang dikonsumsi lebih besar daripada energi yang dikeluarkan seseorang sehingga akan disimpan sebagai lemak di dalam tubuh.
Diet adalah salah satu modalitas terapi untuk mengatasi obesitas ini selain olahraga, obat-obatan, dan bedah. Dewasa ini, diet ketogenik yang di dalam komposisinya mengandung banyak lemak menjadi trend di masyarakat. Diet yang semula digunakan untuk mengatasi penyakit epilepsi ini kemudian berkembang menjadi gaya hidup. Berat badan merupakan indikator kasar untuk menentukan keberhasilan sebuah upaya penurunan obesitas, sedangkan lemak visera yang berada di dalam rongga abdomen (perut) merupakan indikator yang lebih bisa diandalkan untuk mengetahui perbaikan kondisi kesehatan terkait sindroma metabolik. Uncouple Protein 1 (UCP1) adalah protein yang terdapat pada mitokondria yang berperan dalam meningkatkan keluaran energi. Penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui komposisi terbaik yang dapat menurunkan berat badan, lemak visceral serta pengaruhnya pada UCP.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan 50 ekor mencit, usia 2-3 bulan dengan berat badan 13-30 gram. Mencit dibagi menjadi lima kelompok K1 (diet standar), K2 ( 60% protein, 30% lemak), K3 (45% protein, 45% lemak), K4 (30% protein, 60% lemak), dan K5 (15% protein, 75% lemak). Pakan diberikan secara bebas selama empat minggu. Penimbangan berat badan dilakukan di awal dan akhir penelitian. Lemak visera didapatkan dari lemak di dalam rongga perut, dan ekspresi UCP1 didapatkan dari pemeriksaan imunohistokimia pada lemak visera.
Hasil penelitian menunjukkan berat badan adalah K1 pra (23.80±2.44) gram pasca (26.90±4.88) gram; K2 pra (25.60±2.54) gram pasca (19.20±3.79) gram; K3 pra (24.14±3.76) gram pasca (14.71±3.72) gram; K4 pra (23.40 ± 3.50) gram pasca (13.80±1.54) gram dan K5 pra (25.33±2.42) gram pasca (16.67±2.25) gram dengan p<0,05 K1 terhadap K2,K3 dan K5. K1 dan K2 tidak berbeda. K3,K4 dan K5 tidak berbeda, tetapi penurunan tertinggi didapatkan pada K4. Berat lemak visera pada K1 (0,530 ± 0,088) gram, K2 (0,090±0,035) K3 (0,057±0,029) gram, K4 (0,020±0,063) gram, dan K5 (0,100 ± 0,037). Untuk ekpresi UCP1 bervariasi pada masing-masing kelompok.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diet lemak tinggi terbukti dapat menurunkan berat badan, dengan komposisi penurunan tertinggi pada kelompok yang diberikan rasio lemak:protein (60:30). Diet tinggi lemak juga terbukti dapat menurunkan lemak visera. Penurunan berat badan akibat diet tinggi lemak ini bisa disebabkan oleh sifat lemak dalam saluran pencernaan. Lemak pada makanan akan menekan pelepasan hormon Ghrelin di saluran cerna. Ghrelin adalah hormon yang merangsang nafsu makan dan menghambat penyimpanan lemak secara tidak langsung. Di sisi lain, lemak juga merangsang sekresi Kolesistokinin, sebuah hormon yang menekan rasa lapar. Efek terhadap dua hormon ini yang bisa mempengaruhi jumlah kalori yang masuk sehingga keseimbangan energi ke arah defisit, Hal ini terbukti dengan penurunan berat badan dan lemak visera. Penurunan lemak visera ini diharapkan memberikan dampak yang menguntungkan untuk kesehatan. (*)
Penulis: Dr Purwo Sri Rejeki, dr, MKes
Informasi detail bisa didapatkan pada hasil riset kami di link
https://e-journal.unair.ac.id/FMI/article/view/22190 Indira Syahraya, Hermina Novida, Lilik Herawati, Purwo Sri Rejeki3 (2020).Effect of High Fat Diet on Weight Loss Through The Expression Of Uncouple Protein 1 In Mice Visceral Fat, Folia Medica Indonesiana Vol 56 (3) http://dx.doi.org/10.20473/fmi.v56i3.22190
Source: UNAIR News