UNAIR NEWS – Peringatan Hari Pahlawan kembali diikuti seluruh sivitas akademika Universitas Airlangga pada Selasa (10/11/2020) dengan upacara bendera di depan Rektorat Kampus C (Merr). Upacara diikuti jajaran pimpinan universitas, dekan dan wakil dekan, direktur dan ketua lembaga, tenaga kependidikan, serta mahasiswa UNAIR. Bagi UNAIR, peringatan itu selalu menjadi istimewa. Mengingat, 10 November (Hari Pahlawan) juga merupakan hari kelahiran UNAIR. Tepatnya 66 tahun yang lalu, yakni pada 10 November 1954.
Rektor UNAIR Prof. Dr. Mohammad Nasih SE., MT., Ak., menyebut ada sejumlah nilai kepahlawanan yang mesti diterapkan oleh kita sebagai bangsa. Terutama dalam menghadapi masa-masa pandemi Covid-19 seperti saat ini dan masa yang akan datang.
“Pandemi Covid-19 telah berlangsung hampir setahun, adanya imbauan di rumah saja. Jangan sampai kita lupa dengan nilai-nilai kepahlawan, kebangsaan, kemasyarakatan. Lupa dengan nilai-nilai ke-UNAIR-an,” ucapnya.
Nilai Kepahlawanan
Prof Nasih berpesan setidaknya terdapat empat nilai kepahlawan masa kini yang bisa dilakukan. Terutama dalam menghadapi masa-masa pandemi Covid-19. Baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat dan bangsa. Pertama adalah nilai kemandirian atau independensi.
”Kemandirian itu bermakna mampu memberdayakan kelebihan-kelabihan yang dimiliki untuk sesuatu nilai manfaat yang baik untuk orang lain,” sebutnya.
Selain itu, imbuh Prof Nasih, independensi itu bermakna ketidakbergantungan terhadap orang lain, bangsa lain. Terutama percaya terhadap kemampuan sendiri. Kedua adalah nilai inovasi dan kreativitas.
“Pahlawan masa kini harus inovatif dan kreatif. Tidak sekadar menjadi pengikut, ikut-ikutan. Ikut-ikutan kepada kebiasaan yang mengulang-ulang,” tuturnya.
Menurut Prof Nasih, seorang Pahlawan mesti memiliki sikap inovatif dan kreatif secara terus menerus, berkelanjutan, dan radikal yang baik untuk kualitas pribadi maupun kualitas umum. Artinya, ia mampu survive dan mampu terus beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi di sekitar.
Ketiga adalah nilai pelopor. Prof Nasih menyampaikan bahwa pahlawan masa kini mesti memiliki jiwa pelopor, inisiator, di tengah problem dan masyarakat. Maknanya, menjadi pelopor dalam upaya perbaikan, penyelesaian masalah, memberikan teladan masyarakat, dan mendorong terwujudnya kemerdekaan di tengah masyarakat.
”Pelopor masyarakat menuju kemerdekaan secara berpikir, secara belajar, secara organisasi. Melepaskan diri dari bermacam-macam belenggu dan ketergantungan,” ungkapnya.
Yang keempat adalah nilai pemenang. Bagi Prof Nasih, Pahlawan juga mesti mempunyai jiwa pemenang. Berani menatap akhir dari sebuah perjuangan dengan bahagia, mimpi yang dicita-citakan tercapai. Nilai pemenang itu, lanjut Prof Nasih, mampu memberikan energi positif dan semangat untuk mengejar apa yang dicita-citakan.
”Seperti halnya para Pahlawan dulu, yang mempertaruhkan jiwa mereka karena yakin akan kemerdekaan bangsa Indonesia. Daripada bergantung pada penjajah atau terjajah, lebih baik bertemu kematian,” tuturnya.
Gotong Royong
Pada akhir, Prof Nasih berpesan bahwa tantangan yang tengah dihadapi adalah Covid-19. Sebagai bangsa, seluruh komponen bangsa mesti bahu-membahu, bergotong royong, dengan semangat dan etos kerja yang tinggi. Tujuannya agar Covid-19 bisa menghilang dari Indonesia, juga di dunia.
”Bangsa besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlwannya. Membangun bangsa ini adalah tugas kita. Kita hargai jasa mereka (Pahlawan, Red) dengan karya,” pungkasnya. (*)
Penulis: Feri Fenoria
Source: UNAIR News