UNAIR NEWS – Universitas Airlangga kembali menggelar kegiatan pengukuhan guru besar. Kegiatan yang dikemas dalam Sidang Terbuka Universitas Airlangga dalam Pengukuhan Guru Besar itu, mengukuhkan lima guru besar baru di lingkungan UNAIR pada Rabu (14/10).
Ialah Prof. Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum., dalam bidang Ilmu Sejarah Perkotaan, Prof. Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes., dalam bidang Ilmu Keperawatan, Prof. Dr. Irwanto, dr., Sp.A(K), dalam bidang Ilmu Kesehatan Anak, Prof. Dr. Widya Paramita Lokapirnasari, MP., dalam bidang Ilmu Makanan Ternak, dan Prof. Muchammad Yunus, drh., M.Kes., Ph.D dalam bidang Ilmu Entomologi dan Protozologi pada Fakultas Kedokteran Hewan.
Dalam kesempatan itu, Rektor UNAIR Prof. Nasih menuturkan bahwa dengan pengukuhan ini, UNAIR memiliki lebih dari 200 guru besar aktif. Ini tentunya akan membuat UNAIR semakin diakui oleh masyarakat. Sebab, jabatan guru besar menunjukkan pengakuan akan kompetensi di bidang akademik.
“Dengan demikian, semakin banyak guru besar menunjukkan bahwa semakin banyak pakar yang kita miliki,” tandasnya.
Tidak hanya itu, Prof. Nasih juga berharap para guru besar bisa semakin kuat untuk memberikan kontribusi. Terlebih dalam mengembangkan ilmu pengetahuan sesuai bidang yang ditekuni. Guru besar, tandasnya, ke depan harus lebih semangat menulis, mengajar, meneliti dan melaksanakan pengabdian kepada masyarakat.
“Jangan sampai, sudah menyandang guru besar malah kendur, tapi justru harus ditingkatkan untuk memberi kemaslahatan yang lebih besar. Kemaslahatan untuk diri sendiri, keluarga, UNAIR, masyarakat, dan bangsa ini,” ungkapnya.
Kukuhkan 5 Guru Besar
Tercatat ada lima gubes baru yang menyampaikan beragam orasi, beberapa ada yang mengulas tentang kondisi pandemi. Pertama, Prof. Dr. Purnawan Basundoro menyampaikan orasi ilmiah “Mengelola Ruang pada Masa Pandemi: Sebuah Perspektif Sejarah Perkotaan”, dan menawarkan suatu konsep penataan kota dengan struktur ruang yang friendly terhadap penanganan wabah seperti Covid-19.
Selanjutnya, Prof. Widya Paramita Lokapirnasari dalam orasi ilmiahnya menawarkan alternative pengganti antibiotic growth promoter (AGP) berupa probiotik. Penggunaan AGP, tandasnya, dalam waktu relatif lama dan tidak terkontrol, menimbulkan dampak negatif, baik pada ternak maupun manusia yang mengkonsumsi produk ternak tersebut.
Sementara itu, Prof. Dr. Kusnanto, S.Kp.,M.Kes., yang menyampaikan orasi “Paradigma Baru: Meningkatkan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus Berbasis Resiliensi”. Paradigma baru pengelolaan penyakit kencing manis sangat penting. Sebab, DM ini membuat banyak penderitanya stress. Apalagi di tengah kondisi pandemic Covid-19.
Orasi dilanjutkan oleh Prof. Muchamad Yunus yang menyampaikan orasi “Perkembangan dan Pengembangan Vaksin Koksidiosis dalam Mendukung Peningkatan Sustainability dan Profitability Industri Perunggasan Indonesia” mencoba mengembangkan vaksin koksidiosis untuk meningkatkan profitabilitas industry unggas. Yaitu penggunaan attenuated coccidoisis polyvalent live vaccine yang terbukti sangat signifikan mengurangi penggunaan koksidiostat (menekan resistensi dan residu).
Pada akhir, Prof. Irwanto menyampaikan orasi “Kesehatan Anak di Masa Pandemi Covid-19”. Anak harus mendapat perhatian di tengah pandemic, karena di Indonesia angkanya mencapai 8,3 persen kasus dengan angka mortalitas 1,9%. Meski di dunia sebenarnya hanya 1,7 persen. Tanda dan gejala COVID-19 pada anak sulit dibedakan dari infeksi saluran pernapasan lainnya.
Penulis: Nuri Hermawan
Source: UNAIR News