Universitas
Airlangga

Fakultas
Sains dan Teknologi

Universitas
Airlangga

Fakultas
Sains dan Teknologi

FST NEWS

Buah Manggis: Terapi Alternatif untuk Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2

Ilustrasi oleh Sehatq.com

Diabetes mellitus (DM) adalah masalah global yang memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Pada 2013, terdapat lebih dari 350 juta orang dengan DM di seluruh dunia dan jumlah ini diprediksi meningkat hingga 592 juta orang pada tahun 2035. Pertumbuhan populasi, populasi yang menua, dan urbanisasi menyebabkan perubahan gaya hidup, yang cenderung untuk membuat peningkatan sebesar 55% penderita DM di seluruh dunia pada tahun 2035. Indonesia memiliki jumlah penderita DM tertinggi keempat di dunia, sebanyak 8,4 juta orang pada tahun 2000 dan jumlah ini diprediksi akan meningkat menjadi 21,3 juta orang pada tahun 2030.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia menyatakan bahwa Indonesia adalah salah satu dari lima negara teratas di dunia yang memiliki keanekaragaman hayati tanaman yang tinggi dan sekitar 55% di antaranya adalah endemik. Salah satunya adalah Garcinia mangostana L., buah tropis yang telah digunakan selama ratusan tahun sebagai obat tradisional hampir di seluruh dunia. Buah manggis mengandung beberapa senyawa bioaktif seperti xanthone, terpen, antosianin, tanin, fenol, dan beberapa vitamin. Beberapa penelitian fitokimia menunjukkan bahwa ada banyak senyawa xanthone pada buah-buahan, seperti α-mangostin, γ-mangostin, 8-deoxygartanin, garsinon E, mangosanol, β-mangostin, tovophilin A dan B, mangostenin, dan mangostenon C, D, dan E.

Garcinia mangostana L. dikenal sebagai makanan fungsional dan suplemen makanan yang diakui memiliki beberapa manfaat bagi kesehatan. Derivat utama xanthone dalam Garcinia mangostana L. adalah α-mangostin, senyawa ini memiliki berbagai keunggulan farmakologis, seperti antidiabetik dan antioksidan. Ekstrak etanol kulit buah Garcinia mangostana L. memiliki aktivitas antioksidan dan dimungkinkan untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah. Senyawa antioksidan bertindak sebagai penghambat yang digunakan untuk mencegah autoksidasi, sehingga cara terbaik untuk mengurangi stres oksidatif adalah dengan mengurangi radikal bebas atau mengoptimalkan pertahanan tubuh dengan melipatgandakan antioksidan. Selain itu, antioksidan juga melindungi jaringan dari kerusakan oksidatif.

Selama kondisi diabetes, peningkatan kadar glukosa darah berkontribusi pada pembentukan produk akhir glikasi lanjut (AGEs) dan produksi oksidan. Hal ini dikaitkan dengan kematian sel, kerusakan jaringan, dan disfungsi ginjal. Kondisi hiperglikemik mengaktifkan jalur poliol dan menghasilkan fruktosa dari glukosa. Fruktosa dan metabolitnya serta glukosa terlibat dalam glikasi protein seluler non-enzimatik. Basa Schiff yang dihasilkan mengalami penataan ulang struktur untuk membentuk produk Amadori yang kemudian menghasilkan senyawa α-dicarbonyl dan AGEs dengan melakukan reaksi silang dengan protein lain. Di sisi lain, aktivitas jalur sorbitol meningkat pada jaringan yang tidak memerlukan insulin untuk mengambil glukosa selulernya. Sorbitol tidak dapat melewati membran sel dengan mudah, terakumulasi, dan menyebabkan kerusakan osmotik pada sel (pembengkakan). Akumulasi sorbitol menurunkan myo-inositol, yang dapat mengganggu osmoregulasi sel sehingga sel rusak.

Beberapa pendekatan yang saat ini tersedia untuk mengobati DM termasuk terapi insulin; seperti pengobatan menggunakan insulin secretagogues (glimepiride), biguanides (metformin), dan α-glucosidase inhibitor (acarbose). Namun, terapi ini memiliki beberapa kemanjuran efek samping yang terbatas seperti hipoglikemia dan penambahan berat badan. Dengan demikian, penelitian tentang pengobatan alternatif dari tanaman menjadi sangat penting untuk menyelesaikan masalah ini.

Penulis: Arif Nur Muhammad Ansori, Alexander P. Nugraha


Informasi detail dari tulisan ini dapat dilihat pada: http://www.connectjournals.com/toc2.php?abstract=3186800H_3173A.pdf&&bookmark=CJ-033216&&issue_id=Supp-01%20&&yaer=2020

Source: UNAIR News