UNAIR NEWS – Kelumpuhan tangan sebagai dampak dari stroke menjadi masalah utama. Stroke merupakan gangguan kesehatan yang cukup serius, baik di negara maju maupun di negara berkembang.
Berdasarkan permasalahan tersebut mahasiswa Universitas Airlangga berinovasi mencari solusi dengan membuat F-ONE (Finger Eksoskeleton portable) alat bantu gerak jari tangan berbasis sinyal otot sebagai rehabilitasi pasca stroke.
Demikian dikatakan Afni Unaizah, selaku ketua tim Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) yang melakukan inovasi tersebut bersama anggotanya yaitu Muwaffaq Izaz dan Adhe Rahmatullah. Dengan arahan dosen pembimbingnya, proposal PKM-KC berjudul “F-ONE (Finger Eksoskeleton portable) alat bantu gerak jari tangan berbasis sinyal otot sebagai rehabilitasi pasca stroke”, lolos seleksi dan meraih dana penelitian dari Kemenristekdikti dalam program PKM 2018.
”Kami memberikan sebuah alternatif dalam bidang PKM-KC dengan inovasi alat rehabilitasi F-ONE (Finger Exoskeleton Portable). Alat ini memanfaatkan exoskeleton yang akan membantu jari tangan untuk melakukan gerakan-gerakan dasar sesuai pola pergerakan sebagai sarana terapi,” kata Afni Unaizah.
Alat ini juga memanfaatkan sensor EMG yang dapat menyadap sinyal otot. Sinyal otot akan diproses dengan sistem cerdas menggunakan Artificial Neural Network (ANN) untuk melakukan pembelajaran dari sinyal otot yang diterima, sehingga dapat ditemukan pola untuk gerakan tertentu sebagai terapi. Alat ini bersifat portabel yang dapat meningkatkan efektifitas terapi pasien karena dapat digunakan kapan saja dan dimana saja sesuai keinginan pasien.
Ditanya mengapa berinovasi dengan F-ONE? Dikutipkan oleh Afni bahwa berdasarkan World Health Organization (WHO) sebanyak 15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya, dan lima juta diantaranya menderita kelumpuhan, atau cacat permanen. Indonesia merupakan negara berkembang dengan berbagai macam pola hidup masyarakatnya juga menjadi bagian dari banyaknya kasus kelumpuhan tangan yang dialami.
Dijelaskan juga, bahwa kelumpuhan tangan yang dialami oleh pasien pasca stroke menyebabkan ketidaknormalan pada fungsi kerja dari tangan. Penderita akan kesulitan dalam melakukan gerakan-gerakan tangan dasar. Namun, kelumpuhan ini dapat diminimalisir dengan melakukan rehabilitasi untuk memberikan perawatan pemulihan.
Metode rehabilitasi sudah banyak dilakukan dengan melatih daerah alat gerak yang mengalami kelumpuhan dengan mengajarkan pola gerakan atau memberikan dukungan sehingga dapat menunjukkan gerakan tertentu dan dipandu dengan petugas rehabilitasi. Metode saat ini membutuhkan pasien untuk pergi menuju rumah sakit atau tempat terapi, lalu menemui fisioterapis, dan itu dilakukan rutin selama masa rehabilitasi paska stroke.
”Berdasarkan peristiwa itu, membutuhkan waktu lebih lama dan biaya lebih banyak untuk melaksanakan rutinitas tersebut. Metode yang saat ini digunakan juga sangat bergantung pada ketersediaan waktu pasien melakukan terapi di rumah sakit atau tempat terapi, sehingga menyebabkan rutinitas terapi kurang maksimal,” tambah Muwaffaq, anggota tim.
Dengan adanya alat ini, Afni Unaizah dan kawan-kawan berharap dapat memberikan kontribusi di bidang kesehatan di Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya para penderita lumpuh tangan untuk dapat menunjang pemulihan fungsi tangan yang lebih baik. (*)
Editor: Bambang Bes
Sumber: Unair News
{:}{:en}UNAIR NEWS – Hand paralysis as an impact of stroke becomes a huge problem. Stroke is a quite serious medical disorder, both in developed countries and in developing countries.
Based on that problem, some students of Universitas Airlangga innovated to find a solution by creating F-ONE (Finger Exoskeleton Portable), a muscle signal-based finger motion aid for post-stroke rehabilitation.
That is the explanation of Afni Unaizah, the head of a Copyright Student Creativity Program Team (PKMKC) who created the innovation with her team members, Muwaffaq Izaz and Adhe Rahmatullah. Under the guidance of their advising lecturer, the PKMKC proposal titled “F-ONE (Finger Exoskeleton Portable), a Muscle Signal-Based Finger Motion Aid for Post-Stroke Rehabilitation” passed the Dikti selection and received a research grant from the Ministry of Research, Technology, and Higher Education in the 2018 PKM program.
“We provide an alternative in PKMKC with an innovated rehabilitation device called F-ONE (Finger Exoskeleton Portable). This device utilizes exoskeleton that helps fingers to make basic movements based on their movement pattern as a means of therapy,” said Afni Fauziah.
This device also utilizes EMG sensor that can tap on muscle signals. Muscle signals will be processed by a smart system, Artificial Neural Network (ANN) to study the received muscle signals so as to find certain patterns for therapy. This device is portable, thus, it can increase patient therapy effectiveness because it can be used anytime and anywhere as the patient wishes.
When asked why they made F-ONE, Afni quoted World Health Organization (WHO) that 15 million people are diagnosed with stroke every year and 5 million of which suffer paralysis or permanent disability. Indonesia is a developing country whose people has various lifestyles, which can be a part of the many cases of hand paralysis.
She also explained that hand paralysis suffered by a post-stroke patient causes abnormality of hand function. However, this paralysis can be minimized by having a rehabilitation for recovery.
Rehabilitation method is commonly done by practicing on the paralyzed limbs. This is done by teaching the patients movement patterns. This method currently requires patients to go to the hospital or therapy center, meet a physiotherapist, and do it routinely during post-stroke rehabilitation.
“It requires a longer time and more expense. This method really depends on the patient’s time availability to do the therapy in a hospital or therapy center, so the therapy routine is not optimal,” added Muwaffaq, a team member.
With this device, Afni Unaizah and friends hope that they can contribute in the medical world in Indonesia to improve the life quality of people, especially patients with hand paralysis so that they can recover their hand function.(*)
Editor: Bambang Bes
Source: Unair News
{:}