UNAIR NEWS – Lima mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga Surabaya berhasil membuat detektor alat mesin welding kapal. Alat ini untuk membantu mengetahui kapan mesin perlu dilakukan service agar mesin welding kapal tidak rusak.
Inovasi penelitian yang masuk dalam Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKM-T) ini, membantu menyelesaikan permasalahan mitra, yakni PT Orela Shipyard. Selama ini perusahaan tersebut masih menggunakan welding manual, sehingga tidak mengetahui kapan mesin harus dilakukan service, sehingga terjadi kerusakan yang mendadak dan dapat merugikan perusahaan dalam jumlah besar.
Sahrul Dwiki Darmawan, ketua tim PKMT ini bersama empat rekannya, yakni Sinta Dewi Purwaningsih, Riska Maulani, Nico Kurniawan Dwi Meiantono, dan Wasyiul Kurnia Prasetyo Wibowo, membuat inovasi untuk menyelesaikan permasalahan pada PT Orela Shipyard tadi. Tim PKMT ini juga didampingi oleh Dr. Riris Rulaningtyas, ST., MT., staf pengajar FST, selaku pembimbing.
Keberhasilan inovasi ini kemudian dituangkan dalam proposal PKM 2018. Disyukuri bahwa proposal Sahrul Dkk ini berhasil lolos seleksi, sehingga mendapatkan hibah dana penelitian dari Kemenristekdtikti dalam program PKM tahun 2018.
Dijelaskan oleh Sahrul, PT Orela Shipyard merupakan industri perkapalan yang melayani perbaikan kapal, pembuatan kapal, dan penyewaan kapal. Selama ini dalam proyek pembuatan kapal masih kurang optimal pada bagian pengelasan (welding) karena masih dilakukan secara manual. Sehingga tidak diketahui lama waktu pengelasan, hal ini dapat menyebabkan perusahaan tidak bisa memperkirakan lama pengerjaan kapal.
”Kami berinovasi berupa Running Hours Smart Detector, sebagai ide yang kami gagas agar bisa menyelesaikan permasalahan tersebut,” tambah Sahrul.
Dijelaskan Sahrul, prinsip kerja alat ini dengan memanfaatkan aliran arus pada mesin welding kapal, yang ketika menyala sebagai sumber tegangan. Sebuah sensor akan diatur sedemikian rupa, sehingga berfungsi untuk mendeteksi aliran arus pada mesin welding.
Mekanisme yang juga akan bekerja yakni alat akan mencatat lama bekerjanya mesin welding berdasarkan arus yang dikeluarkan selama bekerja, sehingga saat mendekati “masa lelah” atau maintenance, penggunaan alat dapat dihentikan dan segera dilakukan service untuk memulihkan kinerja mesin.
”Pada alat ini akan dipasangkan wireless yang nantinya langsung terhubung ke jaringan server, sehingga bisa dilakukan pengecekan langsung,” tambah Sinta Dewi, anggota tim yang lain.
Dengan terciptanya detektor alat mesin welding berupa “Running Hours Smart Detector” ini, Sahrul Dkk berharap dapat menyelesaikan permasalahan pada mitra kerja khususnya, dan pada kasus serupa lainnya pada perusahaan lain. Dengan demikian akan memberi keuntungan berupa mengetahui besar konsumsi daya listrik dan mencegah atau menghindari adanya kerusakan pada peralatan welding.
”Artinya akan dapat menstabilkan anggaran dana dan biaya konsumsi daya listrik serta dapat membuat mesin welding kapal awet dan bertahan lama,” kata Sahrul memungkasi penjelasannya. (*)
Editor : Bambang Bes
Source: Unair News
{:}{:en}UNAIR NEWS – Five students from the Faculty of Science and Technology (FST) Universitas Airlangga Surabaya managed to make a ship welding machine detector. This tool helps find out when a machine needs to be serviced so that a ship welding machine is not damaged.
The research innovation that is included in the Student Creativity Program in Technology Implementation (PKM-T) helps solve the problem regarding partners, namely PT Orela Shipyard. So far, the company is still using manual welding, so that it does not know when the machine must be serviced, which results in the occurrence of sudden damage that can inflict loss on the company in large numbers.
Sahrul Dwiki Darmawan, the PKMT team leader and four colleagues, namely Sinta Dewi Purwaningsih, Riska Maulani, Nico Kurniawan Dwi Meiantono, and Wasyiul Kurnia Prasetyo Wibowo, made an innovation to solve the problems at PT Orela Shipyard. The PKMT team was also accompanied by Dr. Riris Rulaningtyas, ST., MT., FST lecturer, as the supervisor.
The success of this innovation was then outlined in the 2018 PKM proposal. Sahrul and friends’ proposal passed the selection and received a research grant from the Ministry of Research, Technology, and Higher Education in the 2018 PKM program.
Sahrul explained, PT Orela Shipyard is a shipping industry that serves ship repairs, shipbuilding, and ship rental. All this time, the shipbuilding project is still not optimal in the welding section because it is still done manually. Therefore, the welding time is not known. This can cause the company to not be able to estimate the length of the shipbuilding process.
“We innovated and made a Running Hours Smart Detector, as an idea that we aim to solve that problem,” Sahrul added.
Sahrul explained, the working principle of this tool is by utilizing the current flow in the ship welding engine, which becomes a voltage source when lit. A sensor will be arranged in such a way that it functions to detect the flow of current in the welding machine.
Another working mechanism is the tool will record the working time of the welding machine based on the current released while working, so when approaching “fatigue time” or maintenance, the use of the tool can be stopped and a service is performed immediately to restore the machine performance.
“This tool will be installed wirelessly, which will be directly connected to the server network. Thus, it can be directly checked,” added Sinta Dewi, another team member.
With the creation of welding machine detector in the form of “Running Hours Smart Detector”, Sahrul and friends hope to solve the problems with the particular partners and other similar cases with other companies. Thus, it will provide an advantage in knowing the amount of electricity consumption and preventing or avoiding damage to the welding equipment.
“This means that the budget and the cost of electricity consumption will be able to be stabilized and ship welding machines will be durable and last a long time,” Sahrul said. (*)
Editor: Bambang Bes
Source: Unair News
{:}