Isu Iklim Makin Genting, BEM FST UNAIR Himbau Mahasiswa Jangan Ghosting Lewat Diskusi Connect The Dots 4.0

Date

Dewasa ini, perubahan iklim semakin nyata dampaknya. Perubahan iklim yang masif terjadi di berbagai belahan dunia ini terjadi karena meningkatnya konsentrasi gas karbon dioksida dan gas-gas lain di atmosfer yang menyebabkan efek gas rumah kaca. Meningkatnya gas-gas ini disebabkan oleh berbagai faktor yang berbeda yang berdampak buruk bagi kehidupan manusia, seperti efek rumah kaca, pemanasan global, rusaknya lapisan ozon, hingga kerusakan fungsi hutan.

Meski dampaknya nyata terasa, masih banyak masyarakat yang menganggap isu ini hanyalah rumor belaka. Bahkan tak sedikit mahasiswa yang abai akan hal ini. Bulan Desember 2020 lalu, Antoni Guterres, Sekretaris Jenderal PBB menyerukan dunia saat ini sedang menghadapi keadaan gawat darurat iklim. Udara yang kian panas setiap harinya salah satu pertanda bahwa perubahan iklim bukan hanyalah seruan tanpa makna para aktivis.

Melihat fenomena ini, Departemen Kajian dan Aksi Strategis (Kastrat) Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (BEM FST) Universitas Airlangga menggelar seri webinar diskusi Connect The Dots 4.0bertema “Iklim Genting Jangan Ghosting” pada Sabtu (12/6). Para peserta diskusi disuguhi kajian iklim dari tiga narasumber terkemuka di bidang ini, yaitu Wahid Diabudiyanto selaku dosen Teknik Lingkungan Universitas Airlangga, Novita Indri selaku Steering Committee dari Jeda Iklim, serta Naifah Uzlah Istya Putri selaku Koordinator Bidang Sosial Lingkungan BEM Universitas Indonesia 2021.

Untuk memastikan diskusi ini menyentuh berbagai lapisan mahasiswa secara menyeluruh, Departemen Kastrat turut mengundang delegasi Himpunan Mahasiswa di FST, BEM seluruh fakultas di Universitas Airlangga, dan Ketua BEM anggota Ikatan Lembaga Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (ILMMIPA).

Wahid, selaku narasumber pertama, mengungkapkan bahwa penelitian mengenai perubahan iklim di Indonesia saat ini tidak begitu berkembang karena penelitian lebih berfokus pada implementasi penelitian terlebih dahulu. Padahal, dana untuk penelitian terkait perubahan iklim tersedia dan memadai.

“Namun, persoalan yang muncul yaitu penelitian masih bersifat sporadic atau tidak menyeluruh sehingga tidak berjalan dengan maksimal. Sebenarnya, hasil penelitian di Indonesia sudah banyak, hanya saja implementasinya masih tergolong kurang” Ujar Wahid dalam sesi pertama diskusi Connect The Dots 4.0. Lebih lanjut, Wahid menerangkan bahwa peran pemerintah dan perusahaan terkait sangatlah penting untuk menghasilkan kebijakan dan implementasi yang linear.

Upaya yang telah dilakukan Indonesia adalah pembangunan geothermal di Muara Laboh yang tidak menghasilkan emisi karbon dioksida melainkan membentuk asap berupa uap air. Upaya lain yang perlu dilakukan adalah penerapan clean energy. Namun, terdapat miskonsepsi terkait clean energy. Clean energy bukanlah penggunaan bahan bakar dari bahan alami namun penggunaan bahan bakar yang dalam proses pembuatannya tidak merusak alam dan menghasilkan karbon rendah dengan pembakaran maksimal.

“Beberapa gerakan pemuda yang telah dilakukan oleh Universitas Indonesia sebagai upaya mengatasi perubahan iklim ini di antaranya Fridays for Future, Fossil Free, dan gerakan divestasi” Ungkap Naifah Uzlah sebagai narasumber ketiga dalam diskusi ini. Gerakan-gerakan ini diharapkan dapat diadopsi oleh seluruh pemuda di Indonesia.

Naifah juga menerangkan bahwa pemuda dan mahasiswa akan terus terdampak oleh krisis iklim hingga nanti. Oleh karena itu, sangat penting bagi pemuda dan mahasiswa untuk turut mengambil peran dalam gerakan darurat perubahan iklim ini.

Rita Susanti, Kepala Departemen Kastrat BEM FST UNAIR, juga mengungkapkan bahwa banyaknya seri webinar terkait isu iklim yang digelar departemennya ini bukan tanpa alasan. “Kastrat FST mengangkat isu ini sebagai kajian tahunan kami bukan tanpa alasan, tujuan kami yaitu Unair dapat menjadi green campus sehingga kami berharap teman-teman semua bisa membersamai kami dalam mengawal isu ini,” terangnya.

Penulis: Khairun Nisa – LPM FORMAT 2021

More
articles

id_IDIndonesian