UNAIR NEWS – Sebagai tim dengan spesialisasi kajian solid waste management, beberapa dosen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga melakukan penelitian di beberapa daerah atau lokasi yang hasilnya menunjukkan bahwa ada perubahan komposisi sampah. Tim penelitian dengan koordinator Nita Citrasari, S.Si., M.T., dan dua anggota dosen yakni Dr. Sucipto Hariyanto, DEA., Dwi Ratri Mitha Isnadina, S.T., M.T., dan dua mahasiswa yang sedang menempuh skripsi, Habil Maqdum Faruqi dan Lusya Sevyana Octavia.

Kepada UNAIR NEWS (29/3), koordinator penelitian yang akrab disapa Nita itu mengatakan bahwa limbah sungai memang didominasi oleh sampah organik, tetapi diperingkat kedua adalah plastik. Ia juga menegaskan, ada korelasi dengan hasil penelitian Jambeck pada Tahun 2015, Indonesia berada diperingkat kedua sebagai negara yang menjadi penyumbang sampah di lautan.

“Asumsi kami sampah tersebut juga plastik, mengingat bahwa plastik yang umum digunakan didominasi jenis non-biodegradable atau lama terurai. Hasil penelitian lain, bahwa jika dilakukan landfill mining pada TPA pasif (yang sudah ditutup atau tidak lagi beroperasi, lebih dari 3 tahun, -red) maka kami dapatkan plastik menjadi peringkat tertinggi,” paparnya.

Sampah-sampah yang demikian, lanjutnya, memang sulit untuk dikondisikan sehingga peluang untuk lepas ke lingkungan besar. Secara teori, dikenal adanya mikroplastik sekunder. Plastik berukuran mikro yang berasal dari fragmentasi partikel sampah yang berukuran lebih besar. Plastik tersebut baik mikroplastik maupun makroplastik seringkali masuk ke badan air baik karena faktor manusia, misalnya perilaku membuang sampah ke sungai atau faktor lingkungan, misal terbawa air hujan.

“Dengan demikian di badan air diasumsikan ada mikroplastik. Air merupakan media penyebaran mikroplastik yang baik, karena kegunaan air yang luas. Sebagai air baku air minum, rekreasi, irigasi dan pertanian. Maka penting untuk dilakukan penelitian tentang keberadaan mikroplastik di air. Kali Surabaya merupakan sumber air permukaan terbesar di Surabaya. Oleh karena itu kajian pertama kami dilakukan di sungai tersebut,” jelasnya.

Mengenai tujuan dari penelitian tersebut, ia memaparkan ada dua tujuan penelitian. Baik secara operasional maupun konseptual. Secara operasional, jelasnya, penelitian itu bertujuan untuk mengetahui distribusi mikroplastik di Kali Surabaya. Sedang untuk tujuan konseptual, penelitian itu bertujuan untuk melakukan pemetaan “fate atau pathways” dari mikroplastik. Mulai sumber sampai dengan keberadaannya dalam suatu ekosistem.

“Jadi tahap awal adalah identifikasi jenis dan kelimpahan, berikutnya dapat sampai ke kandungan dan dampaknya terhadap makhluk hidup dan lingkungannya,” tuturnya. “Tahap awal penelitian ini, yang sekarang kami kerjakan. Hasilnya adalah diketahui jenis dan kelimpahannya di Kali Surabaya segmen Kecamatan Wonokromo – Driyorejo,” imbuhnya.

Perihal manfaat penelitian untuk publik, ia menegaskan bahwa penelitian yang dilakukan dengan tim dapat menjadi bahan evaluasi dan introspeksi atau juga pengambilan kebijakan terkait aktivitas reduce, reuse, recycle sampah plastik dengan penekanan aktivitas reduce (pembatasan penggunaan plastik sekali pakai) sebagai bagian dari pengelolaan sampah. Baik sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga ataupun sampah dan limbah dari industri. Semuanya merupakan sumber sampah yang potensial.

“Untuk itu, seharusnya ada upaya sinergis dari masyarakat termasuk industri dan pemerintah untuk mengurangi penggunaan plastik. Dan yang terpenting saran bagi pemerintah agar terhadap kebijakan pengelolaan sampah termasuk sampah plastik yang sudah dibuat terus disosialisasikan kemudian dilakukan pendampingan dan pengawasan terhadap implementasinya,” jelasnya. “Bagi masyarakat, kami harap ada perubahan perilaku dalam mengelola sampah terutama sampah plastik. Karena apapun Teknologi yang diterapkan kunci utama adalah perubahan perilaku,” pungkasnya.

Penulis: Nuri Hermawan

Sumber: UNAIR News

UNAIR NEWS – As a team specializing in solid waste management research, several Biology lecturers Universitas Airlangga‘s Faculty of Science and Technology conducted a study in several regions or locations and the results showed that there was a change in the composition of the waste. The team coordinator, Nita Citrasari, S.Si., M.T., and two other lecturers, Dr. Sucipto Hariyanto, DEA., Dwi Ratri Mitha Isnadina, S.T., M.T., were supported by two students working on their thesis, Habil Maqdum Faruqi and Lusya Sevyana Octavia.

To UNAIR NEWS on March 29, the coordinator known as Nita said that river waste is indeed dominated by organic waste, but the second pollutant is plastic. She also emphasized that there is a correlation with Jambeck’s study result in 2015, Indonesia is ranked second as a country which contributes waste to the ocean.

“We assume that the garbage is also plastic, considering the common used of non-biodegradable plastics with long decomposition rate. Other study result showed that when a landfill mining is conducted in passive TPA (final dump site which has been closed or no longer operates for more than 3 years), we found that plastic is at the highest rank,” she explained.

Such garbage, she continued, is indeed difficult to control it so there is great possibility that they are thrown out in the environment. In theory, there are also what we called secondary microplastics. Micro-sized plastics from the fragmentation of larger waste particles. Both microplastics and macroplastic often found in water because of human factors, for example because people throw garbage into the river or environmental factors, such as carried by rainwater.

“Therefore we assume that in the water there are microplastics. Water is a good medium for microplastics distribution, due to its wide use. As raw material for drinking water, recreation, irrigation and agriculture. It is important to conduct research on the existence of microplastics in the water. Surabaya River is the largest surface water source in Surabaya. Therefore, our first study was about Surabaya River, ” she explained.

Regarding the purpose of the study, she explained that there were two objectives, operationally and conceptually. Operationally, she explained, the study aimed to determine the microplastics distribution in Surabaya River. As for conceptual purposes, the study aims to map “fate or pathways” of microplastics. Starting from the source up to its existence in an ecosystem.

“So the initial stage is identification of types and abundance, then we can continue to the content and its impact on living things and their environment,” she said. “The initial stage of this study, which we are working on now. Its result shows the type and abundance in Surabaya River, Wonokromo – Driyorejo sub-district segment, “she added.

Regarding the benefits of this study for the public, she emphasized that the study conducted with the team could be an evaluation and introspection material for policy making related to reduce, reuse, recycle plastic waste with more emphasis on reducing activities (limiting the use of disposable plastic) as part of waste management, either household waste or industrial waste.

“For this reason, there should be a synergy from the community including the industry and the government to reduce the use of plastic. And most importantly, to be a suggestion for the government that waste management policy including plastic waste that has been made continues to be disseminated with more assistance and supervision of its implementation, ” she explained. “For the community, we hope that there will be a change in the behavior of managing waste, especially plastic waste. Because whatever technology applied the main key is behavior change, “she concluded.

Author: Nuri Hermawan

Source: UNAIR News