UNAIR NEWS – Keberangkatan ke Taiwan menjadi titik awal delapan mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga mengembangkan teknologi pengolahan limbah cair di Taiwan. Pasalnya, program non-degree training di Chung Yuan Christian University (CYCU) memacu mereka menghasilkan karya melalui research.
Alifia Rizki Ananta, salah satu delegasi, menjelaskan bahwa penelitian yang mereka lakukan di CYCU tidak sembarangan karena disejajarkan dengan mahasiswa magister dan Ph.D.
“Di CYCU kami disejajarkan dengan S2 dan S3. Kami bereksperimen di tempat yang sama dan berbagi pengetahuan langsung dengan mereka,” tutur Alifia.
Sudah sebulan sejak keberangkatan pada 20 November, dilalui di Kota Zhongli Taiwan dengan melakukan penelitian, dan ada hal baru yang mereka sadari. Ternyata, melakukan penelitian dengan hasil yang sesuai dengan keinginan tidaklah mudah.

Di antara 3 topik yang telah ditentukan sebelumnya, setidaknya sudah 4-5 kali percobaan dilakukan. Tentunya satu kali percobaan memakan waktu yang tidak sedikit. Persiapan pembuatan material, mengenceran polutan, sampai pengambilan sampel setiap beberapa menit sekali harus dilakukan.
Ketelitian, ketelatenan, dan kesabaran sangat dituntut di sini. Dan mungkin itulah yang membuat perbedaan sekembalinya ke Timur Jawa Dwipa.
“Seringkali material yang dipilih tidak dapat mendegradasi polutan yang telah ditentukan. Bahkan kadang dalam pembuatan material terjadi kegagalan. Mungkin inilah sebuah proses,” ungkap Alifia.
Untungnya mereka tidak sendiri di sini. Di gedung Bio-Science and Technology tempat mereka melakukan penelitian, terdapat cukup banyak mahasiswa asal Indonesia. Bahkan, ada dua mahasiswa yang sebelumnya menempuh sarjana yang sama dengan jurusan mereka, teknik lingkungan. Ada juga beberapa mahasiswa exchange dari Thailand dan Vietnam yang melakukan penelitian yang sama.
Tidak hanya melakukan penelitian, ke delapan mahasiswa UNAIR bersama mahasiswa lain sempat beberapa kali diajak oleh profesor untuk bepergian. Pernah suatu ketika pergi ke Post-Nature—A Museum as an Ecosystem, museum tentang proyeksi dunia pasca manusia dengan memposisikan seniman membuat teknologi pada bangunan dengan memperhatikan lingkungan, dan makan malam di Bali District, Taipe.
Selanjutnya, Alifia mengatakan, dengan waktu yang ada, ia bersama mahasiswa lain tidak patah semangat untuk terus melakukan penelitian hingga menemukan hasil terbaik.
“Ini seperti penemu terdahulu yang perlu berkali-kali percobaan untuk berhasil. Tapi kami siap melakukannya dan kami siap mendapatkannya,” ungkap Alifia. (*)
Penulis: Hilmi Putra Pradana
Editor: Binti Q. Masruroh
Sumber: UNAIR News
{:}{:en}UNAIR NEWS – Departure to Taiwan is the starting point for eight students of Faculty of Science and Technology, Universitas Airlangga, to develop a technology in wastewater treatment in Taiwan. The non-degree training program at Chung Yuan Christian University (CYCU) encourages them to produce work through research.
Alifia Rizki Ananta, one of the delegates, explained that the research they conducted at CYCU was not just a research because it was aligned with master’s and Ph.D students.
“At CYCU we are aligned with S2 and S3 students. We experiment in the same place and share knowledge with them, “Alifia said.
It’s been a month since their departure on November 20. In the city of Zhongli, Taiwan, they conduct research and learn new things. It was not easy to get the result we expected.

Among the 3 pre-determined topics, at least 4-5 times the experiment was conducted. Of course, one trial takes a lot of time. Preparation of making materials, diluting pollutants, until sampling must be done every few minutes.
Accuracy, diligence, and patience are needed here. And maybe it will make a difference as they return to East Java.
“The selected material often cannot degrade predetermined pollutants. Even sometimes in making material there is a failure. Maybe this is a process, “Alifia said.
Luckily they are not alone there. In Bio-Science and Technology building where they conduct research, there are other students from Indonesia. In fact, there were two students who had previously taken the same degree with their majors, environmental engineering. There were also several exchange students from Thailand and Vietnam conducted the same research.
Not only conducting the research, the eight UNAIR students and other students were invited by the professor several times to travel around Taiwan. Once upon a time, they went to Post-Nature —A Museum as an Ecosystem, museum about the projection of post-human world by positioning artists to make building technology by paying attention to the environment, and having dinner in Bali District, Taipei.
Furthermore, Alifia said, in the remaining time there, she and other students were not discouraged to continue conducting research to find the best results.
“It’s like an inventor who needed to make many attempts to succeed. But we are ready to do it and we are ready to get it, “Alifia said. (*)
Author: Hilmi Putra Pradana
Editor: Binti Q. Masruroh
Source: UNAIR News
{:}