Bangkitkan Kesadaran Warga Kampus terhadap Lingkungan Hidup, BEM FST UNAIR Gelar Diskusi Connect The Dots 6.0

Date

Pada zaman yang berkembang pesat ini, pemikiran kritis terhadap keberlangsungan, keberlanjutan, dan kesehatan lingkungan hidup sudah tidak asing lagi. Banyak upaya yang telah dilakukan berbagai macam kalangan untuk menggerakkan pola pikir masyarakat menuju pola hidup cinta lingkungan. Dalam lingkup akademis, program-program terus dicetuskan untuk mendukung sustainable lifestyle di kehidupan sehari-hari warga kampus. Salah satu di antara program tersebut adalah hadirnya titah “Green Campus” bagi universitas yang berkomitmen tinggi terhadap lingkungan hidup & kebiasaan yang sehat.

Universitas Airlangga (UNAIR) merupakan satu dari berbagai instansi pendidikan tinggi Indonesia yang berusaha mewujudkan gelar “Green Campus” secara menyeluruh. Salah satu fakultas yang sangat berhubungan dengan permasalahan di lingkungan hidup adalah Fakultas Sains dan Teknologi (FST). Maka, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FST UNAIR mengadakan suatu forum diskusi via daring, “Connect The Dots (CTD)”, yang terdiri dari beberapa rangkaian. CTD yang diadakan baru-baru ini, bertemakan “Kasih Sayang UNAIR pada Lingkungan, Sudah Cukup?”, diadakan pada November lalu tepatnya pada hari Rabu (20/11).

Agenda diskusi ini dihadiri oleh dua narasumber, yaitu Direktur Logistik, Keamanan, Ketertiban, dan Lingkungan UNAIR, Dr. Karnaji, S.Sos., M.Si., dan dosen pengajar program studi Teknik Lingkungan FST UNAIR, Nita Citrasari, S.T., M.T. Kedua narasumber yang merupakan ahli dan ekspert di bidang lingkungan hidup ini berasal dari lingkup internal UNAIR. Rangkaian acara CTD ini dimoderatori oleh mahasiswa Teknik Lingkungan, Sulthan Fathi, dan dihadiri oleh mahasiswa FST dari berbagai jurusan dan bidang ilmu. Urgensi di balik forum diskusi ini adalah sebagai wadah tukar pikiran antar mahasiswa dua tokoh UNAIR yang memiliki pengetahuan melimpah terkait lingkungan hidup dan wewenang dalam memfasilitasi logistik kampus.

Dalam diskusi ini, dosen pengajar yang akrab dipanggil Bu Nita itu memaparkan pendapatnya tentang program “Green Campus” yang ingin diwujudkan oleh UNAIR. “UNAIR itu terdiri dari dosen, mahasiswa, dan tenaga pendidik,” ungkapnya. “Kita semua harus bekerja sama mewujudkan green campus. (Terlebih), menyayangi lingkungan itu harus dilihat dari hulu ke hilir.”

Sebelum menuju pembahasan upaya perwujudan gaya hidup ramah lingkungan di kampus, Bu Nita juga memberi penjelasan terkait komponen dan kondisi lingkungan di masa ini, yaitu perubahan iklim yang semakin menjadi-jadi, macam-macam iklim, beserta kontribusi yang sudah dan dapat dilakukan oleh UNAIR.

“Iklim itu ada tiga macam, yaitu iklim mikro, iklim meso, dan iklim makro. Iklim mikro itu seperti angin, kelembapan, suhu tanah dan udara, peningkatan jumlah penyakit akibat nyamuk atau serangga,” papar Bu Nita terkait iklim secara keseluruhan. “Jika berbicara tentang kontribusi iklim, UNAIR itu menjaga iklim mikro, di Surabaya menjaga iklim meso, dan dalam lingkup Indonesia atau dunia itu sudah (menjaga) iklim makro.”

Upaya menjaga iklim mikro oleh UNAIR kerap dilakukan secara berkelanjutan dengan inovasi program-program di unit kerja kampus. Hal ini dibuktikan dengan capaian FST yaitu Juara 2 Eco Campus di Surabaya. Selain itu, FST UNAIR juga sempat berkolaborasi dengan lembaga penilai lingkungan hidup di ranah akademik, UI GreenMetric, untuk pengabdian masyarakat yang mendukung SDGs lingkungan. Tentu saja hal ini berdampak terhadap peringkat UNAIR secara keseluruhan.

“Peringkat GreenMetric itu hanya dampak,” ujar narasumber kedua, Pak Karnaji, yang menanggapi terkait hal tersebut. “Pencapaian UNAIR bukan semata-mata mencari ranking saja yang dapat meningkatkan internasionalitas, pengakuan, dan kesadaran tentang masalah keberlanjutan,” lanjut beliau.

Menurut beliau, upaya yang dilakukan UNAIR untuk mengurangi dampak perubahan iklim terhadap lingkungan beragam macamnya, bahkan dapat ditemukan di hal-hal kecil pada kehidupan mahasiswa sehari-harinya. Salah satu contohnya adalah terpusatnya tempat parkir fakultas—walaupun belum dilakukan secara merata—yang cukup mengurangi hasil pembakaran kendaraan bermotor karena mahasiswa berjalan kaki dari tempat parkir tersebut ke masing-masing fakultas.

Pada akhir sesi diskusi, Pak Karnaji sebagai direktur yang berwewenang dalam hal logistik UNAIR berpesan pada mahasiswa FST untuk kerap hadir dengan inovasi baru untuk melanjutkan kontribusi perwujudan green campus. “Mahasiswa jika ingin mengkritik, jangan hanya kritik saja tetapi sampaikan juga inovasinya. Jika memungkinkan, nanti akan kami beri dana untuk merealisasikannya,” ajak beliau sebelum diskusi CTD ini diakhiri oleh moderator. Penulis: Diah Aldina Khairunnisa – LPM FORMAT

Gambar 1. Poster Connect The Dots 6.0: “Kasih Sayang UNAIR pada Lingkungan, Cukup?”–diambil dari akun Instagram BEM FST UNAIR (instagram.com/bemfst_unair).

More
articles

id_IDIndonesian